Camera

Inspired by Lea Michele, Amber Rilley, Chris Colfer, Naya Rivera, Cory Monteith, Grant Gustin, Chord Overstreet,Darren Criss,Kevin McHale, Damian McGinty, Heather Morris, etc:D:D Because I'm Glee addicted..

If you want to Translate:)

Saturday, January 21, 2012

Tak Pernah Sampai



Cerita  ini berawal saat aku, Nazaralia Clarissa mulai duduk di bangku SMP. Saat aku mulai merasakan apa itu CINTA,masa remajaku. Aku duduk di bangku kelas 1 di SMP 1 Jakarta. Saat aku masih menjadi anak baru di SMP itu,aku sama sekali belum mengenal yang lain. Sampai akhirnya aku bertemu dengannya, Dion Arganta. Aku mulai mengenal dia saat terjadi suatu kejadian. Begini ceritanya…
Pagi itu,aku berangkat lebih awal ke sekolah.Sesampainya di kelas… “Untung masih jam 6.45,jadi bisa sarapan dulu nih. Sekalian nunggu bel.” Kataku dalam hati. Saat itu kelas masih sepi. Hanya aku sendiri (tapi aku gak yakin kalo aku sendiri,soalnya ada…ah,lupakan). Sampai akhirnya,sahabatku, Diana, datang dengan mengagetkanku. “Hayo!!!! Sarapan kok di sekolah. Kwkwkwk.” Diana mengagetkan. “Ya ampun! Loe ngagetin aja sih!” Bentakku. “Ya maaf!” Diana memelas. Setelah Diana masuk ke kelas,entah kenapa temen-temen kelasku juga banyak yang masuk. Termasuk Dion yang terburu-buru masuk kelas untuk mengerjakan PR Ekonomi. Saat aku sedang minum…Brrruuukkk…”Ya ampun!! Loe sengaja ya nyenggol gue?! Minuman gue tumpah nie dirok gue!” Bentakku. “Sorry-sorry gue buru-buru nih. Rok loe basah ya,tenang,loe tetep cantik kok!”Kata Dion. Entah kenapa, aku ngerasa nge-fly gitu waktu Dion bilang gitu. Padahal,aku sebel banget sama tu anak. “O iya,loe udah ngerjain PR Eko? Boleh liat nggak? Please…” Dion memaksa. “Ok. Daripada gue harus denger rengekan loe. Nih!” Kataku sambil menyodorkan sebuah buku kepada Dion. “Thank’s ya cantik!” Kata Dion memuji. Kenapa ya di selalu bilang kalo aku cantik? Ah,lupakanlah…
Ternyata,setelah kejadian itu, Dion jadi deket sama aku. Dia sering pinjem PR aku,dia sering kerja kelompok bareng aku,pokoknya bareng aku deh. Sampai akhirnya,aku merasa ada hal yang aneh.  Akhirnya,aku menayakan hal aneh itu pada Diana,saat aku dan Diana sedang duduk di taman sekolah yang super indah.“Diana,kalo kita ngerasa nyaman di samping seorang cowok tu kenapa ya?”Tanyaku pada Diana. “Tandanya,loe sayang sama cowok itu. Loe gak mau kehilangan dia. Eh,tapi bentar deh,kok loe tanya kayak gitu?” Diana menginterogasi aku. “Eeeem…Gak papa kok!” Aku mengelak.”Jangan-jangan…” Kata Diana. “Jangan-jangan apa?” Tanyaku. “Dion ya?” Jawab Diana. “Ngawur…kok loe bisa bilang gitu sih?”Tanyaku. “Ya kan akhir-akhir ini loe deket banget sama Dion. Anak-anak yang alin juga pada ngomongin loe sama Dion. Ya udah,gue ke kelas dulu ya!” Ujar Diana. “Oke” Jawabku. Aku masih bigung apa sebenarnya yang aku rasakan ini. Dan setelah aku piker-pikir lagi,aku yakin kalau aku jatuh cinta sama Dion. Tapi kenapa bisa secepat itu ya? Dan aku lihat,Dion juga baik sama aku. Dia perhatian sama aku,dia sering bikin aku ketawa.” Tapi,kalau aku bilang aku suka dia gimana ya?” Tanyaku dalam hati. Dan setelah berpikir agak lama,aku memutuskan untuk mengatakan itu kepada Dion.
Pagi harinya,saat di kelas…”Dion,ntar pulang sekolahnya bareng ya?” Ajakku. “Oke!” Jawab Dion. Setelah hampir 7 jam pelajaran yang diselingi dengan istirahat,bel pulang pun berbunyi. Aku dan Dion pun segera pulang. Kebetulan rumah kami sejalur dan dekat,jadi kami hanya jalan kaki. “Dion,loe ngerasa ada yang aneh gak akhir-akhir ini?” Tanyaku. “Iya sih. Ada satu jerawat di muka gue.” Jawab Dion dengan bercanda. “Gue serius!Akhir-akhir ini gue ngerasa ada yang aneh sama kita.” Kataku. “Maksud loe?”Tanya Dion. “Ya kayaknya kita tu deket banget gitu akhir-akhir ini. Dan kayaknya…” Jawabku terpotong. Tiba-tiba aku jadi deg-degan, deg-degan yang sangat luar biasa. “Kayaknya apa?” Tanya Dion. “Kayaknya aku…Uhk…” Jawabku terpotong lagi. Kali ini terpotong karena nafasku terasa sesak. “Oh! Asmaku kambuh!” Jeritku dalam hati. Dan tiba-tiba,aku jatuh pingsan di jalan. Terdengar suara sayup-sayup…”Naza…!!Loe kenapa?!!!!! Naza…!!”” Itu suara Dion!” Kataku dalam hati. Akhirnya Dion membawaku ke rumah sakit terdekat.
Saat di rumah sakit, orang tuaku sudah ada di sampingku,beserta Dion. Dokter datang dan memanggil Ayahku untuk berbicara di luar. Aku mendengar suara samar-samar bahwa aku menderita ASMA AKUT. Aku terdiam. Aku tak bisa bicara,bahkan kepada Dion. Sampai akhirnya,detik terakhirku bersama Dion,aku tak bisa menyampaikan isi hatiku kepadanya. Sekarang, kisah itu hanya kenangan. Kenangan untuk cinta yang tak pernah sampai.

No comments:

Post a Comment