Tiba-tiba…
Bruk!!! Kyara dan seseorang yang
menabrak dia terjatuh. “Aduh!” Jerit Kyara. “Eh, sorry!” Terdengar suara seorang lelaki. Kyara kaget. Dia hanya
diam, lebih tepatnya mereka berdua, Kyara dan si lelaki. Kyara sangat takut
akan kegelapan, ditambah ia merasakan jika si lelaki mendekap Kyara. Hanya
dalam hitungan menit, lampu sudah menyala. “Sepertinya tadi lampunya rusak.”
Kata si lelaki. “Em… Permisi!” Kata Kyara yang sebenarnya ingin menyuruh si lelaki melepaskan dekapannya.
“Eh. Maaf! Aku kira kamu sangat ketakutan karena tubuhmu gemetar, jadi aku
memutuskan untuk mendekap kamu.” Kata si lelaki, berharap Kyara akan memaafkan
dia. “Enggak apa kok!” Kata Kyara.
Lelaki itu pun membantu Kyara berdiri, kemudian memperkenalkan dirinya. “Aku
Shone. Khuan Shone. Aku dari Tokyo. Aku sedang berlibur di sini.” Kata si
lelaki atau Shone. “Aku Kyara, Kyara Mikami. Aku juga dari Tokyo, dan aku juga
sedang berlibur di sini.” Kata Kyara. “Oh. Memangnya, sedang apa kau di sini
malam-malam? Bukannya seharusnya kamu tidur?” Tanya Shone penasaran. “Aku tidak
bisa tidur. Kau sendiri?” Jawab Kyara lembut. “Aku juga tak bisa tidur.
Bagaimana kalau kita keluar dan pergi ke kedai teh di depan penginapan. Aku
ingin mentraktir kamu sebagai tanda
permintaan maafku. Bagaimana?” Ajak Shone. “Baiklah.” Jawab Kyara. Akhirnya,
Kyara dan Shone pergi ke kedai teh di depan penginapan. Saat perjalanan menuju
kedai teh, Kyara terus memperhatikan Shone. Entah apa yang ia perhatikan, yang
jelas Kyara merasa Shone sangat tampan.
Akhirnya,
Kyara dan Shone sampai di kedai teh di depan penginapan, Kedai Teh Kakoa. “Jadi
kamu dari Tokyo juga?” Tanya Shone. “Iya!” Jawab Kyara sambil meneguk segelas
teh hangat. “Lalu kamu ke sini dengan siapa?” Tanya Shone lagi. “Aku ke sini
sama 2 sahabat aku. Tapi mereka udah tidur di kamar penginapan.” Jawab Kyara.
“Kamu sendiri? Kamu ke sini sama siapa?” Giliran Kyara yang bertanya. “Aku ke
sini sendiri.” Jawab Shone dengan muka sedikit murung. “Kenapa sendiri? Kenapa
tidak ajak orang tuamu, atau sahabatmu, atau siapalah. Kenapa?” Tanya Kyara
penasaran. “Enggak apa.” Jawab Shone singkat. “Aku lihat kamu membawa kamera.
Boleh aku lihat hasil jepretanmu?” Tanya Shone penuh pengharapan. “Boleh.”
Jawab Kyara dengan ceria. Kyara pun melepaskan tali kamera dari lehernya dan
memberikannya pada Shone.
“Lumayan.” Shone
berkomentar pada foto yang diambil Kyara. “Lumayan!!?” Tanya Kyara dalam hati. “Eem… Lumayan ya?
Pinjem deh kameranya!” Kata Kyara. Kyara pun mencari foto terbagus yang ia
ambil. “Gimana kalo yang ini?” Tanya Kyara sambil menyodorkan kameranya ke
Shone. “Eem… Kalo dari 10 sampe 100, aku kasih nilai 70.” Jawab Shone dengan
santai. “APA!!!!!” Seru Kyara dalam
hati. “Menurut aku sih, ini belum ada apa-apanya.” Ejek Shone. “Songong banget sih nih anak! Emang dia bisa
motret? Pake kamera aja paling gak bisa.” Pikir Kyara sambil menatap Shone
dengan sinis. “Kamu ikut les fotografer
enggak?” Tanya Shone. “Enggak. Aku belajar motret otodidak.” Jawab Kyara. “Oh. Gitu.” Kata Shone yang masih
memperhatikan hasil jepretan Kyara. “Emang
kenapa?” Tanya Kyara. “Suatu saat kamu bakalan
tau. Dan saat itu juga kamu bakalan
butuh aku.” Jawab Shone sambil menatap lembut mata Kyara. Bersambung.....
No comments:
Post a Comment